Kupang (mediapenanews.net) – Sebanyak 16 anak di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyuarakan isu kesetaraan gender dan perlindungan anak dalam dialog bersama Gubernur NTT yang difasilitasi Save the Children Indonesia di Kupang dalam rangka memperingati Hari Anak Perempuan Sedunia.

“Saya menyampaikan tentang kekerasan fisik yang sering terjadi di rumah dan di sekolah karena itu mempengaruhi rasa aman saat berada di sekolah dan di rumah,” kata Siska seorang pelajar dari Kabupaten Kupang, Selasa.

Sementara itu, Gracia anak perempuan asal Kabupaten Sumba Barat, mengungkapkan persoalan lain yang menurutnya sering dialami teman-temannya.

“Saya menyampaikan kepada Bapak Gubernur tentang dampak kecanduan gadget (gawai) yang banyak terjadi pada teman-teman saya. Hal ini membuat prestasi mereka menurun dan enggan bergaul dengan yang lain,” ujarnya.

Dialog bersama Gubernur NTT Melki Laka Lena itu diikuti 16 anak. Di antaranya 12 anak perempuan dan empat anak laki-laki usia 10 hingga 13 tahun dari tiga Kabupaten yakni Kabupaten Kupang, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya yang merupakan wilayah kerja dari Save the Children di NTT.

Dialog bersama Gubernur NTT itu, merupakan bagian dari tindak lanjut program advokasi anak yang sebelumnya juga dilakukan Save the Children di Jakarta dan NTT.


Berdasarkan studi Save the Children tahun 2024 di dua wilayah tersebut, ditemukan adanya perbedaan persepsi keamanan berdasarkan gender, di mana anak perempuan lebih sering merasa kurang aman dibandingkan anak laki-laki.

Kondisi itu berpotensi berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan emosional anak perempuan.

“Salah satu program kami yang mengusung kesetaraan hak anak perempuan adalah Program Nona Hebat. Melalui program ini kami berupaya memperkuat lingkungan yang melindungi anak perempuan dari kekerasan, membangun potensi mereka, serta menghapus ketidakadilan gender dan stereotip,” jelas Interim Chief of Partnership Strategic & Program Operation Save the Children Indonesia Fadli Usman.

Momentum Hari Anak Perempuan Sedunia, lanjut dia, menjadi pengingat bahwa setiap anak perempuan berhak berpartisipasi dan berperan setara dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan pembangunan, serta terlindungi dari segala bentuk kekerasan.

Dialog antara anak-anak dan Gubernur NTT tersebut juga menjadi ruang ekspresi bagi peserta untuk menyampaikan realitas sehari-hari mengenai tantangan pemenuhan hak anak, mulai dari kekerasan, penelantaran, hingga penggunaan gawai berlebihan.

Gubernur NTT Melki Laka Lena mengapresiasi Program Nona Hebat sebagai ruang bermakna bagi anak-anak, khususnya anak perempuan, untuk menyalurkan suara, gagasan, serta pengalaman mereka dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, seperti tindak kekerasan verbal dan nonverbal, bullying (perundungan), hingga penyalahgunaan media sosial.

“Saya menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk Program Nona Hebat, sebuah ruang luar biasa yang membantu anak-anak, terutama anak perempuan, agar berani bersuara dan menyampaikan gagasan mereka. Kita ingin agar anak-anak NTT tumbuh menjadi pribadi yang berani menolak segala bentuk kekerasan,” ujarnya.

Menanggapi sejumlah pertanyaan dan pertanyaan dari anak-anak perwakilan Program Nona Hebat, Gubernur menekankan pentingnya sikap tegas dalam menghadapi tindakan bullying atau perundungan maupun kekerasan fisik dan verbal.

“Bullying tidak boleh dinormalisasi, baik dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Jika ada tindakan yang menyakiti, tegur dengan tegas, dan berani untuk melaporkan kepada orang tua atau guru. Jangan pernah takut untuk bersuara,” ujarnya.